Demi Keselamatan Berkendara, Sebaiknya Tak Mengenal Budaya Kotanya

Januari 17, 2011 at 5:05 pm 21 komentar


Selamat, adalah sebuah kata yang memiliki sejuta makna dan kenikmatan yang tak ternilai harganya. Iya karena hampir seluruh manusia yang menghuni bumi tercinta kita ini jika ditanya apakah anda mau selamat atau celaka pasti akan menjawab selamat. Banyak faktor yang dapat mengganggu keselamatan dari seseorang, bisa berupa dalam kondisi kerja (keselamatan kerja), selamat dari bencana dan ada juga yang sering kita dengar selamat dari kecelakaan. kecelakaan biasanya identik dengan kecelakaan lalu lintas saat berkendara.

Disini akan kita bahas secara khusus untuk kecelakaan lalu lintas/berkendaraan. Karena hal itu yang sering kita dengar dan terjadi dikegiatan kita sehari-hari. Berkendara merupakan aktivitas menggunakan alat transportasi berupa motor, mobil atau kendaraan bermotor lainnya. Dengan berkembangnya teknologi dan semakin modernnya jaman, diikuti juga perkembangan alat sarana transportasi. Baik kualitas dan kuantitasnya. Motor yang dulu disebut sebagai barang mewah namun kini hanya menjadi hal yang biasa, orangpun kini lebih memilih menggunakan mobil. Hampir semua masyarakat  memiliki motor dan itu berdampak dengan banyaknya tingkat kecelakaan dalam berkendaraan juga.

Sehingga dengan semakin besarnya potensi tingkat kecelakaan lalu lintas kita seharusnya melakukan tindakan preventif/pencegahan untuk meminimalisasinya. Ada pengalaman menarik yang saya alami terkait tata  tertib lalu lintas. Daerah kelahiran saya di Gunungkidul dengan belum banyaknya kendaraan bermotor, dengan petugas polisi yang bisa dibilang sangat displin. Lain halnya dengan kota Yogyakarta, kota pelajar dan kebudayaan dimana saya menempuh kuliah. Yogyakarta dengan banyaknya mahasiswa dan juga wisatawan yang datang berpengaruh terhadap padatnya arus lalulintas.  Lain halnya lagi dengan kota Bandung, kota yang biasa disebut kota kembang tempat saya melakukan kerja praktek selama 2 bulan dan menempuh sekripsi, dengan padatnya kendaraan dijam-jam pagi,siang dan sore didominasi mobil-mobil pribadi. Saya berfikiran ternyata masing-masing daerah/kota itu memiliki budaya berkendaraan yang berbeda juga. Dan hal itupun memiliki perbedaan potensi keselamatan berkendara (safety riding).

 

Ilustrasi Foto Sumber : Galeritribunjabar.co.id

Ilustrasi Foto Sumber : Galeritribunjabar.co.id

Saat pulang dari acara di Braga City Walk kebetulan saya pulang diantar oleh salah satu sopir dari panitia kegiatan. Dan melihat kemacetan yang kami alami maka terbukalah obrolan diantara kami.  Mengawali pembicaraan saya menyampaikan ternyata beda ya lalu lintas di Gunungkidul, di Yogyakata dan juga di Bandung. Saya menyampaikan di Bandung lebih bebas dan jarang polisi menegur jika ada pelanggaran lalu lintas. Ada yang naik motor tanpa helm dijalan raya, berboncengan 3 orang juga terlhat tidak ditilang oleh polisi. Lain halnya di Gunungkidul, menggunakan helm non standar aja ditilang (saya pernah saat duduk dibangku SMK) dan jangan dicontoh. He he he….

Pak sopir yang mengantarkan saya pun menaggapi bahwa memang di Bandung lebih bebas dibanding dengan di Jakarta. Beliau menyampaikan bahwa di Jakarta tidak boleh sampai jalan pindah jalur dari kanan ke  kiri atau sebaliknya, harus searah karena padatnya mobil dan sudah menjadi peraturan katanya. Setelah 5 menit obrolan terjadi Pak Sopir teriak dan mengeluh kesal melihat dua mobil Plat B berhenti agak ditengah jalan dan sedang bertanya kepada seorang penjaja makanan. Keluhan pun terceloteh dari Pak Sopir “Huh… dasar mobil, masa Plat B bertanya di Tengah Jalan”.

Saya tidak bermaksud membicarakan hal baik dan hal yang kurang baik dari satu lokasi dan lokasi lain dalam hal ketertiban lalulintasnya, hanya saja ingin menaggapi bahwa terdapat budaya lalu lintas dan berkendara yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Dan hal itupun diikuti oleh pengguna lalu lintas yang memasuki kawasan tersebut. Perilaku berkendara seseorang akan berubah yang awalnya berada dikawasan kurang tertib lalu lintas memasuki kawasan tertib maka dia akan ikut berlaku tertib, dan sebaliknya saat berasal dari kawasan tertib dan masuk ke lokasi yang kurang tertib maka mengikuti  budaya kurang tertib tersebut. Hal tersebut selain letak geografis dan kepadatan jumlah kendaraan, ketidak samaan perlakuan petugas polisi suatu daerah dengan daerah lain memiliki pengaruh juga terhadap ketertiban berlalu lintas di suatu daerah.

Pembaca yang budiman, disini saya mengajak kepada semua pihak, kepada pengendaraan kendaraan, tertib berlalulintas merupakan sebuah tindakan yang mulia dan itu juga sebagai peraturan untuk mengatur dan melindungi kita dari berbagai potensi kecelakaan lalulintas, dan jangan beranggapan peraturan itu sebagai belenggu. Kita harus konsisten untuk tertib berlalu lintas dimanapun berada untuk mengurangi tingkat kecelakaan.

Kepada petugas penegak peraturan berlalu lintas, diharapkan dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Tidak merasa enggan dikarenakan banyaknya pengguna jalan dan juga kondisi geografis yang dirasa kurang mendukung.

Untuk semua pihak, peribahasa boleh berkata, “lain lubuk lain ikanya, lain ladang lain belalang”. Yang artinya kebudayaan dan adat masyarakat satu lokasi dengan lokasi lain boleh berbeda dan memang ada perbedaan. Namun untuk kedisiplinan menaati peraturan berlalu lintas harusnya merupakan “harga mati” dan harus ditaati oleh semua pihak. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan menggugah hati kita untuk bisa selalu menaati peraturan lalu lintas. Tetap Semangat dan Terus Berkarya …!!!(Sugeng Handoko)

Entry filed under: Curhat Handoko. Tags: , , , .

Ikutan Nongkrong Bareng Onliners yukkk Blog Gunung Api Purba Menang Festival Blog 2010

21 Komentar Add your own

  • 1. sapta  |  Januari 17, 2011 pukul 7:57 pm

    Institusi Kepolisian harus lebih aktif bukan saja melakukan sosialisasi, namun juga melakukan penindakan secara konsisten.Kenapa konsisten?karena mata masih sering melihat justru aparat kepolisian melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dia lakukan.Ketauladanan sangat dibutuhkan dalam penegakan hukum lalu lintas di bangsa yang berbudaya ini. Budaya taat hukum harus digalakkan. Pelanggaran harus selalu ditindak sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan efek jera.
    Kita patut prihatin melihat potret lalu lintas di Indonesia. Sebagai pengguna jalan saya miris. bagaimana tidak miris. Seorang ibu sedang memboncengkan anaknya yang kira-kira masih duduk di TK atau PAUD, yang tanpa merasa bersalah menerobos lampu merah. Tidak sadarkan beliau bahwa beliau telah mengajarkan pada anaknya untuk berbuat “dosa”. Memberikan pelajaran kepada anaknya untuk menjadi palanggar hukum. Maka jangan salahkan jika anak beliau nantinya akan merepotkan beliau dengan perbuatan melanggar hukum. Arogansi pengendara sepeda motor juga menghiasi potret penggunaan jalan. Ketika kita sedang berusaha disiplin menunggu antrian lampu merah, masih banyak mereka yang menggunakan sisi jalan kanan (jalan lawan arah) untuk mengantri lampu merah, sehingga separuh jalan sisi kanan bahkan lebih dipenuhi oleh pengantri lampu merah. Jelas ini akan melanggar hak pengguna jalan dari lawan arah yang kadang ber”sungur-sungut” tapi tak kuasa untuk meluapkan kekesalannya karena telah menjadi kelayakan (dilakukan oleh banyak orang). Jadi bingung, siapa yang benar siapa yang salah…hmmmm…

    Balas
    • 2. Sugeng Handoko  |  Januari 17, 2011 pukul 9:25 pm

      iya memang benar, harus ada aksi nyata dari semua pihak untuk melakukan dan menaati peraturan. Jika semua penguna jalan sudah acuh dengan peraturan maka pelanggaran lalu lintas akan dianggap hal yang wajar, padahal sangat berbahaya dan mengancam keselamatan dirinya sendiri dan juga pengguna jalan lain.

      Balas
  • 3. Pry Alfian Kamil  |  Januari 17, 2011 pukul 10:52 pm

    TERTIB LALU LINTAS, seharusnya dah mnjadi kwajiban semua pengguna jalan raya.Tak terkecuali pihak yg berwenang dalam hal ini aparat kepolisian. Harus menjadi yang terdepan dalam memberikan contoh berlalu-lintas yg bijak. Sistem Hukum dah OK,. semoga akan diperbaik dngan kesadaran masyarakatnya. Sehingga keamanan dan keselamatan berlalin bisa terwujud. Bravo pengguna jalan raya, Bravo POLRI,…..jangan lupa pake helm yaaa!!

    Balas
    • 4. Sugeng Handoko  |  Januari 18, 2011 pukul 9:22 pm

      Oke saya sangat setuju sekali, sudah sdaatnya aparat memberikan contoh yang baik dan bagi pengguna jalan mulai sadar dari diri sendiri… untuk bisa tertib lalu lintas

      Balas
  • 5. masRub  |  Januari 17, 2011 pukul 11:44 pm

    Wah Gan… makin keren tulisannya…
    btw, keseharian saya di Bandung adalah sudah menjadi santapan sehari-hari dikala pulang dan pergi kerja selalu dihadapkan dengan kesemrawutan dan ketidakdisiplinan berkendara….

    Hal itulah yang menyebabkan terjadinya kemacetan disana-sini, kalau saja semua sadar bahwa dengan mengantri adalah dapat memperlancar arus lalu lintas, maka tidak akan terjadi kecelakaan fatal yang disebabkan karena salah satu jalur termakan oleh pemakai jalan dari arus yang berlawanan…
    Hal ini selalu terjadi setiap hari pulang kerja, terutama di jalur Raya Cibeureum arah Cimahi… Pajajaran arah Garuda… dan masih banyak lagi… wow… itu santapan sehari-hari ane Gan… haha…

    Memang kadang petugas pun tidak bisa berbuat banyak, karena sebenarnya ketertiban adalah dimulai dari diri kita masing-masing. Walau tidak ada petugas pengatur lalu lintas pun, jika kita mau disiplin dan menerapkan budaya sabar dan antir di jalan raya, niscaya perjalanan akan nyaman dan insyaallah aman sampai tujuan…

    Untuk itu berawal dari paparan mas Sugeng Handoko ini, mari kita sama-sama menjaga kedisiplinan terutama dalam berlalu lintas, dimanapun kota dan dimanapun anda berada, tentunya demi keselamatan kita bersama…

    Sukses buat mas Sugeng yang untuk (kesekian kali) ikut lomba semoga menang dan sukses…!!

    salam

    Balas
    • 6. Sugeng Handoko  |  Januari 18, 2011 pukul 7:22 am

      Terimakasih masRub sudah berbagi cerita dan pengalamannya, memang tertib lalulintas sebaiknya dimulai dari diri kita masing2 dan berupaya untuk menaati peraturan2 yang sudah ada, sehingga kecelakaan lalu lintaspun dapat diminimalisasi. Peran petugas penata lalu lintas juga memiliki peran yang besar untuk dapat mewujudkan tertib berlalu lintas. salam…

      Balas
  • 7. jarwadi  |  Januari 18, 2011 pukul 10:45 am

    Good luck! ya Semoga menang 😀 kalo buat posting baru, kasih tau saja lewat FB message seperti ini

    Balas
    • 8. Sugeng Handoko  |  Januari 18, 2011 pukul 9:21 pm

      Oke makasih mas Jarwadi… Insyaallah nanti bisa update ke Blog kami…

      Balas
  • 9. hafsari  |  Januari 19, 2011 pukul 1:56 pm

    Waduh bener tu klo sekarang di jakarta sudah macet seperti itu. Bukan tidak mungkin didaerah lain akan macet juga beberapa tahun kedepan. Pertambahan kendaraan tidak imbang dengan pertumbuhan jalannya. mungkin mudahnya orang membeli atau kredit kendaraan pemicunya. Padahal pajak kendaraan cukup banyak..kemana ya uangnya..???

    Balas
    • 10. Sugeng Handoko  |  Januari 20, 2011 pukul 9:40 pm

      memang benar, penambahan jumlah kendaraan mempengaruhi tingkat kemacetan, tapi itu dapat ditekan dengan kita menaati tata tertib lalu lintas dan selallu menjaga keamanan berkendara….

      Balas
  • 11. fendik  |  Januari 19, 2011 pukul 10:08 pm

    Wah.. ikutan kontes lagi nih.. sukses mas. Tp memang tulisannya bagus sih.. :). Ada kontes lagi tuh.. masih anget mas. kunjungi blog saya ya. heheheh

    Balas
    • 12. Sugeng Handoko  |  Januari 20, 2011 pukul 9:29 pm

      iya mas fendik…. yah ikut berpartisipasi untuk mengajak pembaca yang budiman untuk dapat tertib berlalu lintas, sambil mengabadikan obrolan kita dengan mas sopir yang njemput dan nganter kita ^_^

      Balas
  • 13. Ratna  |  Januari 20, 2011 pukul 11:13 am

    Setuju banget ^_^, dimanapun berada kedisiplinan musti ditegakkan.
    Silakan berkunjung ke: http://missratna.wordpress.com/2011/01/19/safety-riding-mulai-dari-diri-sendiri/

    Balas
    • 14. Sugeng Handoko  |  Januari 20, 2011 pukul 9:26 pm

      Sepakat…. mbak ratna, dimana saja kita berada disiplin adalah harga mati buat keselamatan …

      Balas
  • 15. daniel  |  Januari 22, 2011 pukul 4:22 pm

    Nice post! ^_^ Rajin ikutan lomba nie mas Sugeng?

    Balas
    • 16. Sugeng Handoko  |  Januari 22, 2011 pukul 11:58 pm

      iya nih…. turut berpartisipasi…. Tetap tertib berlalulintas ya….

      Balas
  • 17. Awie Wahana  |  Januari 22, 2011 pukul 9:00 pm

    Setuju mas Sugeng. Disiplin, termasuk berkendara, tidak mengenal budaya, tingkat pendidikan, asal usul daerah, dan sejenisnya. Disiplin datang dari dalam diri sendiri, dan merupakan syarat mutlak bagi orang yang ingin maju dan sukses. Lanjutkan karyanya mas. Sukses selalu….

    Balas
    • 18. Sugeng Handoko  |  Januari 22, 2011 pukul 11:57 pm

      oke terimakasih mas…. kita dukung tertib lalu lintas dikawasan kita masing2, sehingga Indonesia bisa lebih baik lagi….

      Balas
  • 19. Android Game Review  |  Januari 25, 2011 pukul 12:36 pm

    Dago bandung macet ya

    Balas
    • 20. Sugeng Handoko  |  Januari 25, 2011 pukul 12:40 pm

      iya… banyak tempat2 di bandung pada macet, mungkin karena terlalu padat kendaraan apa ya?? maka kesadaran disiplin lalu lintas sangat dibutuhkan…. ^_^

      Balas
  • 21. hanan prasetya  |  Januari 27, 2011 pukul 9:43 pm

    sip kang….lanjutkan….!
    Q slalu mendukungmu…

    Balas

Tinggalkan Balasan ke Sugeng Handoko Batalkan balasan

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Follow IG : @GunungApiPurba

Tidak ada gambar Instagram yang ditemukan.

Translate

RSS Berita Terbaru

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Arsip Tulisan

Informasi Pengunjung

  • 506.339 Pengunjung

Pengunjung Situs Ini

Dari mana saja yang Kesasar

free counters

Website

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui email.

Bergabung dengan 63 pelanggan lain

Cintai Desa Kita Cintai Indonesia Kita

Hubungi YM